Senin, 30 Juli 2012

Percakapan Part 2: TIDAK AKAN ADA PUTIH KALAU TIDAK ADA HITAM


Kali ini saya tidak ingin bercerita terlalu banyak mengenai latar atau background dari perbincangan saya. Karena saya akan bercerita mengenai perbincangan saya dengan seorang XXXX(profesi yang tidak baik, menurut saya dan mungkin menurut mayoritas orang). Dia adalah seorang  kawan lama, dan kami lama sekali tidak berjumpa. Dimulai dengan perbincangan basa-basi seperti biasa dimulai dari menanyakan keadaan dan kesibukan hingga akhirnya dia bercerita mengenai profesinya.
Tentu saja saya tercengang, saya termasuk orang yang tidak percaya bahwa orang didepan saya adalah seorang XXXXXXXX.
Saya    : “Astaghfirllah, kamu gak takut dosa? Apa latar belakangmu sampai kamu kayak gitu?? ”
Dia       : “aku cuma suka tantangan, makanya aku pengen coba-coba aja."
Saya    : “iya tapi tetep aja itu dosa”
Dia      : "gak semua orang itu baik, hidupnya lempeng. kalau gak ada orang kayak aku, dunia ini gak akan balance ada yang baik ada yang engga, ada yang hitam ada yang  putih."
Entah lah kata-kata terakhirnya sering membuat saya berpikir tentang sebuah keseimbangan, yang menjadi pondasi kehidupan masih ada sampai saat ini, Yin dan yang, baik dan buruk, tidak akan ada orang yang dikatakan pintar kalau tidak ada orang bodoh, tidak akan ada orang yang disebut kaya kalau tidak ada orang miskin. Apakah Tuhan sengaja menciptakan hal ini?? You can answer by your self :))


Percakapan Part 1: BEDA KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN

Terkadang kita akan memperoleh pelajaran dari hal-hal yang tidak kita sangka-sangka. Dari sebuah pertemuan dan perbincangan sederhana. Perbincangan sederhana akan menjadi pelajaran penuh makna ketika seseorang dengan kerendahan hati nya mampu untuk menahan ego untuk selalu ingin didengar. Menghargai dan mengapresiasi orang lain ketika bebicara, walaupun terkadang kita telah mengerti apa yang dibicarakan.itulah  Seni Mendengar :)

Perbincangan pertama bersama seorang tukang parkir, kurang lebih begini ceritanya:
kala itu saya sedang menunggu kehadiran seorang kawan, setiap kali menunggu yg saya lakukan adalah berbincang dengan siapapun disekitar saya utuk mengusir jenuh.dan waktu itu seorang tukang parkirlah yang saya ajak berbincang
saya : "permisi pak boleh saya duduk disini?"
Tukang Parkir :"silahkan mbak"
kemudian sejenak saya terdiam dan membolak-balik kan buku yang saya bawa, sampai akhirnya saya mengawali pembicaraan
saya: "bapak sudah disini dari tadi?
Tukang parkir : "iya mbak, saya mah orang nya flexible kalau pengen pulang ya pulang kalau disini ya disini"
Panjang lebar saya bertanya basa-basi kepada Bapak Tukang parkir mulai dari omset perhari, tempat tinggal, pengalaman menjadi tukang parkir, hingga pembicaraan kami mulai menjurus mengenai hal pribadi seperti keluarga,masa lalu si Bapak, bahkan falsafah kehidupan, bagaimana cara si Bapak memandang kehidupan.setelah si Bapak bercerita mengenai ke dua orang anaknya yang termasuk siswa cerdas di sekolahnya(walaupun seorang tukang parkir beliau sangat sadar pentingnya pendidikan) tiba-tiba beliau berkata
Tukang parkir: "........... kehidupan sama penghidupan itu beda mbak. kalau penghidupan itu bagaimana caranya kita mengisi perut kita, bagaimana caranya kita bertahan hidup secara jasmani. tapi kehidupan adalah cara pandang kita tentang hidup yang diparingi(diberi) gusti Allah. Sampean(kamu) lihat orang-orang yang ada di dalam mobil itu." sambil menunjuk ke arah mobil di depan kami."Mungkin mbak,kalau dilihat kasat mata, mereka lebih bahagia karena banyak harta dibanding saya yang tukang parkir. Tapi kan cuma "sawang sinawang" tapi siapa yang tau mbak, walaupun hartanya berlimpah tapi hatinya terus gelisah karena ambisi dan kepinginan-kepinginan yang tidak tercapai. Buat apa banyak harta kalau hatinya tidak tentram.Yang namanya orang hidup itu harus bisa ikhlas,sadar diri sama kemampuan, tangan kita ini cuma 2 mbak, kita tidak akan bisa meraih semua yang kita mau, karena kemampuan manusia itu terbatas. Hanya Gusti Allah yang kemampuan nya tidak terbatas.  insyaallah kalau sampean ngerti akan itu dan tujan hidup sampean ini cuma buat Gusti Allah, tentrem mbak ati sampean. nanti kalau sudah tambah umur sampean akan ngerti........."

Setelah perbincangan itu, tiba-tiba istri dan kedua anak sang bapak datang untuk mengunjungi sang Bapak, berbincang dan bermain sebentar dengan keluarga Bapak Tukang Parkir, tak lama dari itu teman yang saya tunggu akhirnya tiba. 
Begitulah kiranya perbincangan cukup panjang yang bisa saya ingat dengan seorang tukang parkir.Bukan seorang tukang parkir biasa tapi seorang tukang parkir yang memberikan saya sebuah pelajaran kehidupan. :))